Spanyol dikenal sebagai salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi terbaik di Eropa berkat sektor pariwisata, migrasi, dan peningkatan lapangan pekerjaan.
Tapi saat ini pemerintah Spanyol sedang menghadapi perbedaan pendapat mengenai rencana pengurangan jam kerja dari yang awalnya 40 jam menjadi 37,5 jam dalam seminggu, tanpa memotong gaji.
Rencana ini jadi sorotan setelah Menteri Tenaga Kerja, Yolanda Diaz, mengkritik Menteri Ekonomi, Carlos Cuerpo, karena dianggap lebih berpihak pada pengusaha dibandingkan pekerja.
Dalam wawancara radio pemerintahan RNE, Menteri Tenaga Kerja Spanyol, Yolanda Diaz, mengatakan kalau ada ketidaksetujuan yang nyata dengan Partai Sosialis Perdana Menteri Pedro Sanchez mengenai rencana tersebut. Diaz menghimbau semua pihak diharapkan untuk menghormati rekomendasi dari tim ahli yang merancang kebijakan ini.
Menteri Ekonomi Spanyol, Carlos Cuerpo menyarankan supaya rencana ini ditunda selama satu tahun agar usaha kecil bisa bersiap-siap. Tapi, menteri tenaga kerja Spanyol, Diaz memberikan usulan itu dan mengatakan, Menteri Ekonomi Spanyol harus memutuskan apakah dia mendukung pekerja yang ingin hidup lebih baik atau pengusaha.
Meskipun ada perbedaan pendapat, sumber dari kementerian ekonomi negara Spanyol menyatakan bahwa pemerintah Spanyol tetap berkomitmen pada rencana ini dan menetapkannya sebagai prioritas. Targetnya kebijakan ini bisa berjalan sebelum akhir tahun 2025.
Di sisi lain, bank sentral Spanyol dan beberapa ekonom khawatir terkait pengurangan jam kerja yang mungkin bisa meningkatkan biaya tenaga kerja, memicu inflasi, dan menghambat terciptanya lapangan kerja.
Sementara itu CEOE, asosiasi pengusaha utama Spanyol, menyarankan agar pengurangan jam kerja tidak diwajibkan melalui undang-undang, melainkan dilakukan secara sukarela oleh perusahaan melalui negosiasi dengan karyawan.