Israel terus mengebom Gaza ketika PBB memperingatkan kalau wilayah kantong yang terkepung itu sudah “tidak layak huni.” Para diplomat Barat sedang berada di wilayah tersebut sebagai bagian dari usaha untuk meningkatkan aliran bantuan kemausiaan ke Gaza dan mengatasi meningkatnya kekhawatiran akan konflik yang lebih luas, Buzztie.
Melansir New Arab, Selasa, (09/01), pertempuran tersebut telah meningkatkan ketegangan di seluruh kawasan, dan belum ada tanda-tanda mereda. Warga Palestina di Jalur Gaza dilaporkan jadi pihak yang paling terdampak kekerasan ini karena skala kehancuran yang terjadi sudah memicu pengungsian massal dan krisis kemanusiaan yang semakin parah.
Dengan sebagian besar bangunan wilayah tersebut jadi puing-puing, kepala kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan “Gaza jadi tidak bisa dihuni.” Belum lagi bicara minimnya barang kebutuhan pokok, risiko kelaparan, dan menyebarnya ragam penyakit karena kualitas hidup yang jauh dari kata layak.
Anak-anak di Gaza juga “sekarat dalam segala hal,” Tanya Haj-Hassan, seorang dokter di Doctors Without Borders memperingatkan. “Jumlah korban (anak) tewas sudah lebih dari delapan ribu. Sekarang sudah beberapa minggu, jadi angkanya kemungkinan mendekati 10 ribu,” katanya pada Al Jazeera.
“Sekitar tiga bulan setelah perang di Ukraina, PBB menyatakan bahwa kehidupan anak-anak telah mengalami kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Perang Dunia II. Saat itu, rata-rata dua anak terbunuh setiap hari. Tapi, anak-anak yang terbunuh per hari di Gaza mencapai lebih dari 100 anak,” tambahnya.
Setidaknya 57 orang yang tewas dalam serangan Israel sudah dibawa ke Rumah Sakit Al-Aqsa dalam 24 jam terakhir, kata Kementerian Kesehatan Palestina. 62 warga Palestina lain yang terluka juga dibawa ke fasilitas kesehatan itu.
Rumah Sakit Al-Aqsa adalah rumah sakit terbesar di Gaza tengah, tempat serangan Israel paling intens. Awal pekan ini, banyak petugas kesehatan dan ratusan pasien harus dievakuasi dari fasilitas tersebut karena pemboman besar-besaran Israel di sana.
Kini, hanya tersisa segelintir dokter yang menangani kasus darurat yang menumpuk setiap jamnya. Sementara itu, kekhawatiran meningkat mengenai status Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di pusat Deir el-Balah di Gaza, di mana 600 pasien dan staf layanan kesehatan dievakuasi pada Senin, (08/01).
LSM internasional telah mengosongkan rumah sakit tersebut karena pertempuran sengit di dekatnya. MSF mengatakan sudah mengevakuasi staf medisnya karena serangan pesawat tidak berawak dan tembakan penembak jitu di sekitar rumah sakit tersebut.