Sebuah fenomena baru muncul di internet baru-baru ini di mana orang-orang mengunggah pencapaian lari mereka, berapa kilometer yang telah mereka tempuh melalui aplikasi “Strava”. Dan sekarang, ada jalan pintas untuk itu.
Beberapa orang di internet kini menawarkan layanan untuk membuat akun Strava dengan catatan olahraga yang diinginkan tanpa benar-benar melakukan aktivitas. Pada dasarnya, orang-orang ini akan menggunakan akun tersebut untuk melakukan latihan untuk kamu. Misalnya, jika seseorang ingin mencatat lari 10 km dengan kecepatan 5, penyedia layanan akan melakukan lari untuk memenuhi target tersebut.
Strava merupakan aplikasi kebugaran sosial yang bisa melacak hasil kegiatan olahraga seperti lari, bersepeda, hingga hiking dengan memanfaatkan data GPS. Strava mencatat data aktivitas pengguna yang kemudian dapat dibagikan secara publik.
Strava adalah aplikasi untuk penggemar olahraga seperti pelari dan pengendara sepeda. Ini adalah tempat di mana mereka berkumpul dan sering kali membentuk komunitas, Buzztie.
Informasi rekaman aktivitas dapat mencakup ringkasan rute, ketinggian (bersih dan searah), kecepatan (rata-rata, minimum, maksimum), waktu (total dan waktu pergerakan), tenaga, dan detak jantung atau heart rate. Saat ini, Strava memiliki lebih dari 88 juta pengguna di hampir setiap negara di seluruh dunia.
Tren joki Strava sendiri menuai cukup banyak komentar dari para netizen dan pakar olahraga. Kebanyakan menilai para penyewa jasa joki Strava sebagai orang yang haus akan pengakuan sosial, hingga rela ‘memalsukan’ informasi kebugarannya.
Seorang Pelari, Jafar (23), mengaku tindakan butuh validasi dari orang lain sebagai hal yang cupu. Dia menyebut menyewa joki Strava tak ada manfaatnya bagi kesehatan si penyewa.
“Kalau menurut saya itu cupu sih, kalau kata saya sih itu ngapain ya kayak gitu-gitu soalnya nggak ada manfaat banget sih. Jadi lo kan mau ngasih tau ke orang kalau lu abis lari kayak gitu. Kalau saya sih biasanya sendiri saja kalau mau lari, kalau mau pakai Strava dinyalain sendiri aja,” ujar Jafar.
Jafar mengaku sempat menggunakan Strava dua tahun lalu. Tapi sekarang sudah ditinggalkan, Jafar memilih untuk lebih fokus dalam berolahraga.
“Ya, tapi kalau sekarang-sekarang sih saya udah nggak peduliin Strava sih, jadi saya lari-lari aja. Paling awal-awal dulu aja tahun 2022 gitu pake Strava sering, tapi sekarang udah nggak sih,” katanya.
Adapun layanan yang ditawarkan seorang joki Strava cukup beragam. Selain jarak tempuh, pengguna jasa joki Strava juga bisa meminta kebutuhan yang lebih spesifik, seperti pace dan elevation gain.
Salah satu penyedia jasa joki Strava, Niko, mengaku mematok harga yang berbeda-beda tergantung permintaan pace dan elevation gain dari klien.
“Kalau pace di bawah 5 kena biaya 6-7 ribu/kilometer. Kalau pace di atas 5 kena biaya 5 ribu/kilometer,” kata Niko (21), seorang mahasiswa yang menawarkan ‘open joki Strava’ dilansir dari detikHealth.
“Ada juga joki elevasi gain di atas 1.000 meter bisa di 10 ribu/kilometer karena track-nya bisa di bukit atau bisa saja di gunung,” lanjutnya.
Niko menambahkan biaya joki juga bisa berubah tergantung kondisi, seperti permintaan jarak tempuh tertentu dengan durasi waktu yang juga ditentukan.