Betavolt, perusahaan rintisan China, ada di balik baterai BV100 ini. Mereka mengklaim kalau baterai ini bisa menghasilkan listrik selama 50 tahun tanpa perlu diisi ulang atau maintenance.
Perusahaan yang berbasis di Beijing itu mengatakan BV100 adalah baterai nuklir pertama yang berhasil mentransformasi energi atom. BV100 menempatkan isotop nickel-63 dalam modul yang berukuran lebih kecil dari sekeping uang logam.
Betavolt mengatakan baterai ini sudah memasuki tahap uji coba dan rencananya bakal diproduksi massal untuk penggunaan komersial seperti ponsel dan drone.
Baterai energi atom Betavolt bisa memenuhi kebutuhan catu daya yang tahan lama dalam berbagai skenario, seperti kedirgantaraan, peralatan AI, peralatan medis, mikroprosesor, sensor canggih, drone kecil, dan robot mikro,” ujar perusahaan tersebut, mengutip The Independent, Selasa (16/1).
Inovasi energi baru ini bakal membantu China menjadi yang terdepan dalam babak baru revolusi teknologi AI,” lanjutnya.
Betavolt menjelaskan baterai nuklir ini bisa menghasilkan daya 100 mikrowatt dan tegangan 3V, dengan ukuran 15x15x5 milimeter kubik. Karena ukurannya yang mungil, baterai ini bisa dipasang dalam jumlah banyak untuk menghasilkan energi lebih besar, Buzztie.
Ke depan, perusahaan juga berencana memproduksi baterai dengan daya 1 watt mulai tahun 2025.
Betavolt mengklaim baterai ini tidak mudah terbakar atau meledak dan mampu bekerja pada suhu berkisar antara -60 sampai 120 derajat Celsius.
“Baterai energi atom yang dikembangkan oleh Betavolt benar-benar aman, tidak memiliki radiasi eksternal, dan cocok untuk digunakan pada perangkat medis seperti alat pacu jantung, jantung buatan, dan koklea dalam tubuh manusia,” kata perusahaan tersebut.
“Baterai energi atom ramah lingkungan. Setelah masa peluruhan, 63 isotop tersebut berubah menjadi isotop tembaga yang stabil, non-radioaktif dan tidak menimbulkan ancaman atau mencemari lingkungan,” lanjutnya.
Baterai bertenaga nuklir sebenarnya bukan hal baru. Jauh sebelum ini, para ilmuwan di Uni Soviet dan Amerika Serikat mampu mengembangkan teknologi baterai nuklir untuk digunakan di pesawat ruang angkasa, sistem bawah air, dan stasiun ilmiah jarak jauh, tapi baterai termonuklir sangat mahal dan ukurannya super besar.