Tempe goreng masuk dalam jajaran makanan vegan terenak versi TasteAtlas. Dari sebanyak 50 makanan dari berbagai penjuru dunia, tempe goreng bertengger di posisi ke-4, Buzztie.
Kuliner Indonesia kembali “menyabet” predikat terbaik. Kali ini, tempe goreng diakui sebagai salah satu makanan vegan terenak oleh Taste Atlas. Tempe goreng berada di posisi ke-4 setelah Zeyton Pavardeh (Iran), Guacamole (Meksiko), dan Muhammara (Siria).
Tempe goreng merupakan produk makanan yang terbuat dari kedelai. Biasanya, tempe dijual dalam bentuk papan dan dibungkus plastik atau daun.
Tempe goreng dibuat dengan mengiris tempe setebal sekitar 1 cm lalu dicelupkan dalam larutan bumbu yang terdiri dari bawang putih dan garam. Setelah itu, tempe digoreng hingga berwarna coklat keemasan.
Dalam laman Taste Atlas, disebutkan kalau tempe goreng biasa disajikan sebagai camilan dan dicocol pada sambal. Sebagai sumber protein, tempe tergolong sumber protein yang murah dan mudah didapat.
Talking about the origin of Tempe means also talking about the potential of soybeans in Indonesia. Culinary historian Fadly Rahman said that tempeh is associated with soybeans. Tempe is indeed a channel for the utilization of soy which is very abundant in Indonesia.
Kedelai masuk Indonesia karena pengaruh Tionghoa. Dulu bangsa Tionghoa memperkenalkan kedelai kuning. Saat masa kerajaan-kerajaan Nusantara masih berjaya, kedelai bisa dilacak jejaknya via prasasti Watukura.
Lalu produk kedelai berupa tempe sempat disinggung ahli botani Jerman Gregorius Everhardus Rumphius yang bekerja untuk VOC. Dia menyebut ada pangan yang mengarah pada pangan dari kedelai dan dibuat oleh orang Jawa khususnya Jawa Tengah.
Di sisi lain, tempe ternyata nggak hanya istilah yang merujuk pada produk, tapi juga proses. Ahli teknologi pangan Driando Ahnan Winarno menyebut tempe bisa dijadikan kata kerja ‘menempe’.
Karena itu, tempe sebenarnya tidak melulu dari kedelai. Biji-bijian lain bisa dijadikan tempe, bahkan bunga-bungaan (edible flower) pun bisa dijadikan tempe.
Makanan kesukaannya siapa nih, Buzztie?