Seluruh guru dan karyawan di SLB Negeri Sragen kompak mengenakan seragam dari hasil karya murid-muridnya. Baju seragam batik itu merupakan hasil karya dari 15 anak disabilitas, Buzztie.
Batik ini menjadi bukti nyata bahwa disabilitas bukanlah halangan untuk berkarya dan berprestasi.
“Kalo melihat kerumitan batik, itu saya bangga sekali kepada mereka, ternyata yg dianggap orang-orang bahwa anak itu kekurangan tapi ternyata mereka lebih mampu dari kita yang dikatakan normal dari segi fisik dan kecerdasan,” ujar Ibu Iswati, guru SLB dan koordinator tim batik.
Karena membatik ini merupakan salah satu ekstrakulikuler yang ada di SLB Negeri Sragen, hasil karya para murid ini juga diperjual belikan dan ada sistem bagi hasil untuk murid-murid dan juga untuk makan siang.
Untuk mengembangkan kreativitas membatik, para siswa disediakan ruang khusus yang sudah dilengkapi dengan peralatan membatik yang lengkap.
Setelah itu, mereka dengan terampil menuangkan imajinasinya ke atas kain putih.
Hasil karya mereka berbeda dengan kain batik biasanya, karena menggabungkan 3 metode sekaligus, yakni cap, ciprat dan tangan.
Lebih dari sekadar seragam, batik ini adalah simbol dedikasi, kekompakan, dan semangat luar biasa dari para murid dan guru SLB Negeri Sragen.