Buzztie, Kalian pernah suka atau beli barang anak-anak atau mainan saat umur kalian sudah dewasa? kalau iya, berarti kalian masuk dalam fenomena Kidult. apa sih Kidult itu?
Kidult adalah fenomena tentang seseorang yang sebetulnya secara umum sudah dewasa, tapi masih suka dengan kehidupan dan kebiasaan anak yang berusia belasan tahun. Kidult ini juga bisa diartikan sebagai mengingat kenangan masa kecil seperti melakukan kegiatan yang biasa dilakukan untuk anak-anak.
Istilah Kidult ini adalah gabungan dari kata Kid dan Adult yang dicetuskan pertama kali oleh psikolog Jim Ward-Nichols dari Steven Institute of Technology di New Jersey. Fenomena itu muncul di masyarakat urban di negara-negara maju pada 1980-an.
Di setiap negara, punya istilah berbeda untuk kidult. Inggris mempunyai nama Kippers, Jerman Nesthockers, Perancis dan Jepang menyebutnya Mammones.
Dikutip pada laman NBC News, kidult memiliki sisi yang cukup membuat untung pada industri mainan. Bahkan, kelompok kidult yang berusia di atas 12 tahun, sudah berkontribusi seperempat dari semua penjualan setiap tahunnya sebesar 9 miliar dolar AS atau Rp 141 triliun, wow!
Apalagi, adanya pandemi Covid-19 yang melanda dunia, penjualan mainan semakin laku di pasaran. Mainan seperti board game, puzzle, yang turun penjualannya, justru naik dengan penjualan harga tinggi.
Hal tersebut karena kidult sering membelanjakan lebih banyak untuk mainan. Ditambah lagi mereka yang suka dengan kartun, hingga mengoleksi barang action figure, set Lego, dan boneka yang biasanya dianggap untuk anak-anak.
Psychologically, the phenomenon of adults’ desire for children’s toys can also be a form of their fear of aging. However, that is not what happened. You don’t necessarily think maturely at an adult’s physical age, so the behavior that appears sometimes looks childish.
Penyebab itu didukung oleh dosen psikologi UNISA, Ratna Yunita, di mana orang dewasa untuk punya barang yang identik dengan anak-anak juga didorong oleh keinginan yang belum terwujud.
Apalagi di saat orang tersebut sudah menikah. Dampak kidult terus menimbulkan hal yang mempengaruhi sikapnya.
“Hal ini akan memunculkan sikap kekanakan yang membuat seseorang nantinya jika ia sudah menikah, ia kurang mampu bertanggungjawab terhadap figurnya sebagai seorang Ibu atau seorang ayah,” ujarnya.
Sifat kidult juga bisa menimbulkan ketergantungan, loh. “Di mana jika seorang dewasa tergantung dengan benda dari masa kecil anak, ini akan menjadi sebuah gangguan psikologis,” kata Ratna.